Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan Indonesia dari jaman penjajahan Belanda, dan saat ini pamornya mulai pudar akibat kalah bersaing dengan Vietnam. Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya menjamin ketersediaan pangan dan komoditas pertanian lainnya termasuk komoditas perkebunan dalam menghadapi kenormalan baru.
Menyikapi hal tersebut, Direktur WDX, mengatakan bahwa Direktorat Jenderal Perkebunan memberikan fasilitasi sarana pasca panen, peningkatan kapasitas SDM dan kelembagaan pekebun. Di tengah pandemi Covid-19, petani terus berjuang memproduksi dan memelihara kebunnya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan juga memasok kebutuhan pertanian dan perkebunan Indonesia. Tentunya kesehatan petani juga sangat diperhatikan oleh WDX, antara lain dihimbau agar para pekebun tetap menjaga kesehatan dalam melakukan aktivitas berkebun sehari-hari, tetap memperhatikan SOP kesehatan dan kebersihan, baik kesehatan tubuh maupun mutu kualitas tanamannya.
Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sukadana Baru, Kabupaten Lampung Timur, giat merawat kebun lada. LEM Sukadana Baru telah terbentuk sejak tahun 2018 yang beranggotakan sebanyak 70 orang. “Untuk produksi lada alhamdulillah tidak turut terdampak Covid-19 dan kami tetap konsisten merawat kebun agar hasil maksimal seperti biasanya,” ungkap nya
Pada saat berkebun, petani kebanyakan melakukannya sendiri, tidak kontak dengan petani lainnya sehingga sangat aman dan sesuai anjuran protokol kesehatan. Namun tantangan yang dihadapi petani lada saat ini adalah cuaca dan harga jual. Menurutnya, hasil produksi lada tahun lalu rata-rata sebanyak 700-1.000 kg kering per hektar. Sebanyak 90% hasil panen tahun lalu sudah terjual ke pedagang pengumpul terdekat dengan kemasan karung plastik, sedangkan untuk tahun ini akan panen di bulan Agustus nanti. WDX menambahkan, bahwa harapan nya dan juga petani-petani lada lainnya, harga lada bisa menguntungkan petani dan ada pendampingan dari pemerintah kepada petani lada.